Menurut mereka beberapa Minggu terkahir saat masuk musim kemarau air yang mengalir sangat kecil, tetapi pada saat membayar tagihan sangat mahal dan terkadang membayar angin.
“mohon kepada PDAM agar pelayanannya lebih lebih baik,airnya kecil sekali yang keluar, sering macet juga, padahal kita bayar tiap bulan stabil, tapi airnya tidak jalan, kadang hanya bayar angin saja, mohon dievaluasi mereka itu” ungkap BR.
Lebih lanjut mereka juga mempertanyakan penggunaan uang denda yang dikenakan setiap adanya keterlambatan pembayaran. Menurut mereka kalau uang denda itu digunakan untuk meningkatkan pelayanan pasti tidak ada lagi keluhan dari warga.
“cala mangas pe seng denda ew, eme ngace pake seng situ kudu di,a koe layan amit ro,eng,(ada uang denda itu,kalau bisa pakai uang itu untuk meningkatkan pelayanan), mora nias seng situ, amit ro,eng mtaung ata korban, cala denge koes reweng dami le ema DPR,rei nias seng situ” (itu uang kemana?kami rakyat selalu jadi korban, mungkin bapa DPR bisa dengar keluhan kami,tanya uang itu dikemanakan)” ungkap KM.
Mereka juga mengeluhkan ditengah pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir, protokol kesehatan harus tetap ditaati yaitu cuci tangan di air yang mengalir.
“bagaimana mau terapkan cuci tangan di air mengalir,kalau airnya saja tidak jalan, tolonglah ini dipikirkan, kita ini hidup ditengah wabah Corona” ungkap YJ.