oleh

Tinggalah di Rumah, Dari Italia Untuk NTT

Ketiga, para korban yang meninggal dunia akibat corona virus ini, menghembuskan nafas terakhir tanpa kehadiran dari anggota keluarganya. Mereka berpamitan dengan keluarga untuk terakhir kalinya hanya melalui telepon. Sering terjadi, para korban pergi dari dunia ini tanpa pamit di siapa pun, kecuali para medis yang ada bersamanya saat itu.

Keempat, perjuangan yang hebat dari para dokter dan anggota medis. Di tengah badai corona ini, kita patut memberi pujian yang ikhlas untuk para dokter dan anggota medis yang bekerja tanpa kenal lelah, siang dan malam demi menyelamatkan sesamanya. Perjuangan mereka begitu luar biasa, merawat puluhan ribu orang sakit pada saat bersamaan.

Dengan melihat kondisi-kondisi kelam ini, masihkah kita melihat pandemi ini sebagai jenis penyakit yang biasa-biasa saja? Kita masyarakat NTT diajak untuk sebisa mungkin menjadi bijaksana dalam menanggapi kasus corona ini. Segala bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, oleh gereja dan para pemimpin komunitas religius lainnya hendaknya dipatuhi sebagaimana mestinya. Sebab, virus corona ini sangat kejam. Dia siap menyerbu siapa saja, tanpa memandang status sosial dan suku bangsa.

Setiap saat pemerintah Italia melalui Perdana Mentrinya, Giuseppe Conte secara terus menerus menegaskan kepada seluruh warganya untuk “resta a casa, resta a casa e resta a casa – tinggallah di rumah, tinggallah d rumah dan tinggallah di rumah.” Hanya jika kita tinggal di rumah, mata rantai penyebaran virus corona ini bisa putus. Sebaliknya, jika di tengah pandemi yang mematikan ini, kita masih nekat untuk berkumpul bersama, mencari keramaian dan tidak mematuhi segala anjuran yang ada maka besar kemungkinan penyebaran virus ini terus berkelanjutan.

Kita akan menderita karena kelalaian kita sendiri. Oleh karena itu, sebelum semuanya terlambat, mari kita menjaga keselamatan diri kita, keluarga, masyarakat dan tanah air kita. Salam dari Italia untuk seluruh seluruh sesama saudara-saudari di NTT. Tuhan memberkati.

Penulis adalah calon Imam Kongregasi Vokasionis sedang  studi Teologi di Napoli, Italia.

Komentar