Oleh: Aji Setiawan, Pengamat Politik dan Militer, Tinggal di Purbalingga Jawa Tengah
Tentara Nasional Indonesia(TNI) memasuki usia 75 tahun pada 5 Oktober 2020 ini setidaknya sedang menghadapi dua tantangan masa kini. Pertama, tantangan menghadapi ancaman cyberwar. Bayangkan, saat ini melalui digital profiling di media sosial, maka berbagai koordinasi dan komunikasi termasuk membangun opini, sentimen serta propaganda dapat dilakukan dengan mudah.
Dengan teknik digital profiling, preferensi atau kecenderungan warganet pun dapat diketahui. Propaganda media sosial itulah yang menjadi cikal bakal kasus Arab Spring.
Pengaruh teknologi yang awalnya untuk mencari sumber daya alam baru, berdiplomasi dan berdagang, sekarang bergeser ke penguasaan suatu bangsa terhadap bangsa lain. Tantangan TNI ke depan artinya makin berat.
Strategi perang pun sekarang ini berubah. Jika dulu dikenal dengan istilah “Hard Power“dan “Soft Power”, namun di era revolusi industri 4.0 muncul istilah baru bernama “smart power”.
Sekarang ada istilah ‘Smart Power‘, trend strategi perang mutakhir yang sangat mematikan. Smart power itu strategi yang memadukan berbagai instrumen kekuasaan negara baik yang bersifat hard seperti diplomatik, ekonomi, militer, politik maupun yang berkarakteristik soft seperti legalitas, budaya, dan lainnya.