oleh

Sudahkah Anak Muda NTT Berkontribusi Membangun Negeri?

Berbagai tantangan di lapangan harus mampu “ditaklukkan” para petugas pendata. Mulai dari kendala geografis, responden yang sulit dijumpai, responden menolak di data, bahkan ada pula responden yang tidak memberi informasi dan data yang sebenarnya. Bukankah ini berarti data berkualitas hanya mampu dihasilkan oleh petugas pendata yang merupakan pejuang tangguh?

Generasi Muda NTT

Dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, pembangunan di Provinsi NTT masih jauh tertinggal. Indikatornya dapat dilihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, nilai IPM NTT pada tahun 2018 (64,39) menempati posisi 3 terbawah. Nilai IPM NTT hanya lebih baik dari IPM Provinsi Papua (60,06) dan Papua Barat (63,74).  

Generasi muda di NTT tidak seberuntung anak-anak muda di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, ataupun Sulawesi yang sektor pendidikannya telah didukung dengan sarana dan fasilitas yang lebih memadai. Selain itu, di provinsi ini seringkali dijumpai anak muda yang tak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi karena terkendala masalah ekonomi.

Di tengah keterbatasan yang ada, anak-anak muda NTT mampu menorehkan prestasi di berbagai bidang. Sudah banyak contoh anak muda dari bumi Flobamora (NTT) yang berhasil “mencuri” perhatian dengan bakat dan talenta yang dimiliki. Sebut saja anak-anak muda NTT yang mampu tampil apik dalam ajang pencarian bakat sekelasIndonesian Idol, The Voice Indonesia, ataupun Rising Star. Mereka adalah Marion Jola, Mario G. Klau, Andmesh Kamaleng. Ada pula yang memanfaatkan situs berbagi video Youtube untuk menunjukkan kepada dunia merdunya suara anak-anak muda NTT. Hal ini seperti yang dilakukan Betrand Peto atau Nearfeaturing Dian Sorowea dengan lagu “Karna Su Sayang”.

Lain lagi yang dilakukan oleh Yabes Roni. Anak muda asal NTT yang memilih menggeluti dunia sepakbola. Yabes saat ini memperkuat klub Bali United dan bermain di Shopee Liga 1, kasta tertinggi kompetisi sepakbola nasional. Selain dari dunia olahraga, anak muda NTT juga mampu berprestasi di bidang akademis. Grandprix Thomryes Marth Kadja adalah salah satu contohnya. Ia mampu menyelesaikan pendidikan Doktoral (S3) di ITB Bandung (22/9/2017) pada usia 24 tahun. Masih banyak contoh anak muda NTT lain yang meraih kesuksesan dengan kerja keras, ketekunan, dan doa.

Almarhum B.J. Habibie semasa hidupnya mendedikasikan dirinya bagi kemajuan IPTEK. Almarhumah Marselina Irene Goetha semasa hidupnya mengambil peran membangun negeri sebagai seorang statistisi. Bagaimana dengan dirimu wahai generasi muda NTT penerus negeri? Sudahkah dirimu mengambil peran dalam membangun negeri ini?..

 

Komentar