“Melalui reses ini, saya ingin memastikan agar bantuan kepada masyarakat Sabu-Raijua tepat sasar, terutama kepada petani yang sangat membutuhkan bantuan pemerintah. Masyarakat umumnya mengeluhkan bencana kekeringan yang melanda Sabu Raijua beberapa tahun terakhir. Mereka sangat membutuhkan air minum dan air untuk menyiram tanaman dan minum ternak,” Jelas anggota komisi IV DPR RI tersebut.
Petani Sabu Raijua berharap pemerintah dapat membangun embung atau sumur bor untuk mencukupi kebutuhan air dan masyarakat juga mengeluhkan kawasan pantai yang mulai rusak akibat kekeringan dan ulah manusia.
Ansy menambahkan, masyarakat Sabu Raijua berharap Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberi bantuan penghijauan (reboisasi) pantai di Sabu Raijua.
“Sabu Raijua juga memiliki potensi unggulan berupa garam dan rumput laut yang melimpah sepanjang pesisir pantai. Budidaya rumput laut menyumbang 1 Miliar Rupiah untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun lalu. Pemerintah daerah juga sudah membangun pabrik pengolahan rumput laut. Kendala yang dihadapi, karena pendanaan pabrik masih memakai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka jumlah anggaran terbatas, sehingga perlu investor,” ungkap mantan Juru Bicara Ahok tersebut.
Untuk komoditas garam, jelas Ansy, pada tahun 2019 kontribusinya bagi PAD 9 miliar rupiah. Namun produksi garam tidak mudah mendapatkan pembeli. Akibatnya, antara 2018-September 2020 stok garam yang kini bertumpuk di gudang penyimpanan mencapai 20 ton.
“Mereka berharap, pemerintah dapat membantu mencari pembeli ataupun negara dapat membeli-menyerap garam Sabu. Saya berkomitmen menyampaikan aspirasi petani-peternak Sabu Raijua dalam persidangan di Senayan. Saya ingin memastikan agar pembangunan pertanian, peternakan, dan kelautan-perikanan harus berdasarkan konteks aktual NTT dan menjawab permasalahan petani-peternak-nelayan di NTT,” Pungkasnya.