Hal ini berarti bahwa setiap kita bertanggung jawab terhadap sikap-sikap kita sendiri. Kita tidak dapat mengubah masa lalu, tetapi kita dapat mengubah sikap-sikap kita yang salah dimasa lalu.
Satu hal yang istimewah bahwa kita memiliki kesempatan setiap hari untuk memilih sikap apa yang akan kita ambil untuk hari itu. Karena itu mari gunakan kesempatan itu dengan bijaksana, supaya kita tidak menyesal di kemudian hari.
Hal yang lebih buruk daripada rasa bersalah dan penyesalan adalah rasa cemas. Kecemasan kita sering menghantui hidup kita dengan pertanyaan-pertanyaan “Bagaimana jika saya tidak mendapatkan pekerjaan?…,….”Bagaimana jika gadis yang saya sukai ternyata tidak suka dengan saya? “Bagaimana…jika usaha saya ini tidak berhasil?, Serta banyak kecemasan lainnya yang memenuhi benak kita.
Padahal rasa cemas yang berlebihan justru akan menghancurkan kita. Seandainya…, inilah kata yang akan merampas sukacita dalam hidup kita. Lawan dari seandainya adalah kepastian.
Tetapi bagi kita yang sungguh percaya dan hanya menaruh harap pada Tuhan, kita tidak perlu cemas dan hidup berandai-andai. Karena Tuhan memberikan hidup penuh kepastian.
Kita tidak perlu cemas dan takut, karena hari depan kita ada ditanganNya, masa lalu kita diampuniNya dan masa kini kita dipelihara olehNya. Tuhan selalu hadir dalam kehidupan kita.
Karena Waktu itu laksana air yang mengalir ke hilir yang tak pernah lagi kembali ke hulu. Waktu juga laksana anak panah yang terlepas dari busurnya yang juga tak akan pernah kembali. Kadang ia membangkitkan gairah dan semangat. Kadang ia memperdaya kita.