Tentu saja pola asuh otoriter cenderung menutut anak untuk patuh terhadap segala keputusan orang tua dan pola asuh permisif yang cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat, sangat berbeda dampaknya dengan pola asuh demokratis yang cenderung memdorong anak untuk terbuka, namun bertanggung jawab dan mandiri. Artinya, jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya menentukan keberhaslan pendidikan anak olah keluarga.
Pola asuh otoriter cenderung memebatasi perilaku kasih sayang, sentuhan,dan kelekatan emosi orang tua anak sehingga antara orang tua dan anak seakan memeiliki dinding pembatas yang memisahkan si otoriter (orang tua) dengan si patuh ( anak )
Pola asuh permisif yang cenderung memberikan kebebasan terhadap anak untuk berbuat apa saja sangat tidak kondusif bagi pembentukan kepribadian. Biar pun di berikan kebebasan anak tetap memerlukan arahan dari orang tua untuk mengenal mana yang baik mana yang buruk. Dengan memberikan kebebasan yang berlebihan, apalagi terkesan memberikn, akan memebuat anak bingung dan berpotensi salah arah.
Pola asuh demokratis tampaknya lebih kondusif dalam pendidikan anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumrind yang menunjukkan bahwa orang tuayang demokratis lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggung jawab.
Sementaa itu, orang tua yang otoriter merugikan, kerena anak tidak mandiri, kurang tanggung jawab serta agresif, sedangkan orang tua yang permisif mengakibatkan anak kurang mampu menyesuaikan diri di luar rumah.
Menurut Arkoff anak yang didik dengan cara demokratis umumnya cenderung mengungkapkan agresivitasnya dalam tindakan-tindakan yang konstruktif atau dalam bentuk kebencian yang sifatnya sementara saja. Di sisi lain, anak yang dididik secara otoriter atau ditolak memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan agresivitasnya dalam bentuk tindakan-tindakan merugikan. Sementara itu, anak yang dididik secara permisif cenderung mengembangkan tingk laku agresif secara terbuka atau terang-terangan.
Menurut Middlebrook hukum fisik yang umum diterapkan dalam dalam pola asuh otoriter kurang efektif untuk membentuk tingka laku anak karena: a) menyebabkan marah dan frustasi, (b) adanya perasaan-perasaan menyakitkan yang mendorong tingkah laku agresif, (c) akibat-akibat hukuman itu dapat meluas sasarannya, misalnya anak menahan diri untuk memukul atau merusak pada waktu ada orang tetapi segera melakukan setelah orang tua tidak ada, (d) tingkah laku agresif orang tua menjadi model bagi anak.
Hasil penelitian Rohner menunjkkan bahwa pengalaman masa kecil seseorang sangat mempengaruhi perkambagan kepribadiannya (karekter atau kecerdasan emosinya).
Penelitan tersebut menunjukkan bahwa pola asuh orang tua, baik yang menerima atapun yang menolak anaknya, akan mempengaruhi perkembangan emosi, perilaku, sosial-kognitif, dan kesehat dan fungsi psikologisnya ketika dewasa.
Dalam keluarga, anak dipersiapkan untuk menjalani tingkatan-tingkatan perkembangannya sebagai bekal ketika memasuki dunia orang dewasa, bahasa, adat istiadat dan seluruh isi kebudayaan, seharusnya menjadi tugas yang dikerjakan keluarga dan masyarakat di dalam mempertahankan kehidupan oleh keluarga.
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama di mana individu berada dan akan mempelajari banyak hal penting dan mendasar melalui pola asuh dan binaan orangtua atau anggota keluarga lainnya.
Keluarga mempunyai peran penting bagi pertumbuhan jiwa anak agar seorang anak tersebut dapat sukses di dunia dan di akhirat. Namun disisi lain, keluarga juga bisa menjadi killing field (ladang pembunuh) bagi perkembangan jiwa anak jika orangtua salah mengasuhnya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa keluarga memegang tanggungjawab dan peran penting dalam perjalanan hidup seseorang di masa yang akan datang.
Keluarga juga menjadi pusat pendidikan pertama dan utama yang mempunyai tugas fundamental dalam mempersiapkan anak bagi kehidupannya di masa depan. Hal itu dikarenakan dasar-dasar perilaku, sikap hidup, dan berbagai kebiasaan ditanamkan kepada anak dimulai sejak lingkungan keluarga.
Oleh karena itu di sinilah terletak suatu tanggung jawab moril yang berat tapi mulia bagi orang tua dan lingkungan keluarga sebagai pendidik yang pertama dan utama. Hal itu juga dikarenakan anak merupakan anugerah yang sangat besar yang diberikan Allah kepada orang tua. Oleh karena itu orang tua harus memelihara anak dengan baik. seperti diibaratkan tumbuhan, apabila diberi perawatan dengan baik dengan cara rajin memupuknya, menyirami dan memelihara dengan sebaikbaiknya maka tumbuhan itu akan menjadi tumbuhan yang bagus, tetapi apabila tumbuhan itu dibiarkan saja dan tidak dipelihara dengan baik maka tumbuhan tersebut tidak akan tumbuh menjadi tumbuhan yang baik bahkan tumbuhan itu akan layu dan mati.
Begitu juga dengan anak, jika anak dididik dengan baik maka kelak dia akan menjadi seseorang yang baik tetapi sebaliknya
perhatian orang tua maka bersiaplah untuk menunggu anak tersebut menjadi orang yang buruk tingkah lakunya. Karena sesungguhnya seorang anak secara fitrah diciptakan dalam keadaan siap untuk menerima kebaikan dan keburukan. Tiada lain hanya kedua orang tuanyalah yang membuatnya cenderung pada satu diantara keduanya.
Oleh karena itu, orang tua harus mengarahkan anaknya ke
jalan yang benar agar menjadi anak yang baik dan berguna bagi agama, masyarakat, Bangsa dan Negara. Selain itu para ulama mengatakan bahwa seorang anak merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Kalbunya yang masih suci bagai permata yang begitu polos, bebas dari segala macam pahatan dan gambaran, mereka siap menerima setiap pahatan apa pun serta cenderung pada kebiasaan yang diberikan kepadanya. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan maka ia akan tumbuh menjadi orang yang baik. Tetapi apabila ia dibiasakan melakukan hal-hal yang jelek niscaya dia akan menjadi seorang yang celaka.
Oleh karena itu harus ada pola asuh yang baik yang diberikan orang tua untuk membimbing anak ke jalan yang benar agar anak sukses di dunia dan akhirat. Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari ber bagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginan anak. Dengan demikian yang disebut dengan pola asuh orang tua adalah cara orang tua mendidik anak.
Memasuki abad informasi, kita menyaksikan bagaimana media memiliki kekuatan dominan dalam memengaruhi setiap dimensi kehidupan manusia.
Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, media di era maya seakan muncul kembali ke dalam sistem komunikasi purbakala dan memosisikan penerima (komunikan) sebagai pihak aktif. “Massifikasi komunikasi seakan akan bercampur baur dengan demassifikasi.
sekaligus komunikasi massa. Kemajuan media informasi dan tekhnologi sudah dirasakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, baik dari segi positif maupun negatif dari penggunaanya. Hal ini dikarenakan pengaksesan media informasi dan tekhnologi ini tergolong sangat mudah atau terjangkau untuk berbagai kalangan, baik untuk para kaula muda maupun tua dan kalangan kaya maupun menengah ke bawah. Bahkan pada umumya, saat ini anak – anak usia 5 hingga 12 tahun yang mnjadi pengguna paling banyak dalam memanfaatkan kemajuan media informasi dan tekhnologi pada saat ini.
Lembaga pendidikan keluarga Mempuyai peranan penting dalam mendidik anak di era digital sekarang ini. Hal tersebut dikarenakan keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dan utama. Pada masa ini pula anak mudah sekali menerima pengaruh dari lingkungan sekitarnya, terutama pada orang-orang terdekatnya. Ini merupakan masa paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun pertama dalam kehidupanma sebelum masuk sekolah. Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat berbekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah dalam ingatannya. Keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangaunn masyarakat. Pasalnya, keluarg merupakan fondasi bangunan masyarakat dan dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personel – personelnya.
Komentar