Samuel Apsalon Niap, Manajer Area Program Plan Indonesia menjelaskan.kelompok yang menjadi sasaran adalah kelompok rentan, termasuk lansia dan penyandang disabilitas di
Nusa Tenggara Timur. Kelompok ini kata Dia menjadi kelompok yang paling terdampak krisis iklim. Efek krisis, seperti hujan lebat maupun kekeringan yang berkepanjangan, dapat menghambat kehidupan kelompok,
termasuk dalam mengakses toilet, air bersih, maupun sanitasi yang aman.
“Dalam menghadapi krisis iklim, perencanaan pembangunan air, sanitasi, dan kebersihan
harus mempertimbangkan inklusivitas dan ketangguhan masyarakat. Tujuannya, agar
layanan air, sanitasi, dan kebersihan (WASH) dapat diakses secara berkelanjutan dan
menjangkau semua pihak. Maka, pembangunan akses air dan sanitasi yang aman merupakan
langkah lanjutan yang tepat,” ungkap Samuel.
Sejak tahun 2018, Plan Indonesia mendukung Pemerintah Kabupaten Manggarai,
NTT, dalam mendorong perubahan perilaku masyarakat melalui program tersebut, dan
menmbawa Kabupaten Manggarai mencapai 100% bebas BAB sembarangan.
.
Implementasi program ini lanjutnya akan dimulai dengan mendorong akselerasi pencapaian pilar 2 STBM di Kota Kupang, yaitu 100% fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
Walikota Kupang, George Melkianus Hadjoh, S.H., menyatakan bahwa meski Kota Kupang baru saja mendeklarasikan Pilar 1 STBM (100% bebas dari Buang Air Besar Sembarangan), Pemerintah Kota Kupang siap untuk berkomitmen mendorong pembangunan STBM-GESI yang berketahanan iklim.
“Capaian yang diinginkan dari STBM-GESI adalah peningkatan pembangunan akses sanitasi yang dapat menjamin partisipasi semua kelompok, termasuk perempuan dan penyandang disabilitas, guna menjamin hak asasi manusia,” ujar George.
Ia juga mengatakan, Pemerintah Kota Kupang berkolaborasi dengan berbagai lembaga dan
akademisi, termasuk Plan Indonesia, untuk mengedukasi masyarakat melakukan pemilahan
sampah di tingkat rumah tangga untuk memitigasi dampak krisis iklim.