Maka, jika ada suara kritis saya terhadap program food estate di NTT, bukan berarti saya ingin menggagalkan program tersebut.
Ansy Lema, justru ingin mendorong agar semua kebutuhan untuk mendukung suksesnya food estate di NTT disiapkan secara matang-baik.
Apalagi, jelasnya, melalui jalur komunikasi pribadi, saya telah mendengar rencana Kementan melalui Dirjen Tanaman Pangan untuk memperluas lahan food estate menjadi 10.000 hektar di Kabupaten Sumba Timur, Sumba Barat Daya, dan Sumba Barat.
Terkait food estate, Ansy Lema, mendesak Kementan agar turun langsung membantu pemerintah Kabupaten Sumba Tengah untuk memberantas hama belalang yang kini menyerang lahan food estate.
KETIGA, apakah penyuntikan serum plasma dapat mengatasi Flu Babi Afrika di NTT dan di tempat lain?
Setelah mendengar rencana Ditjen PKH untuk melakukan penyuntikan serum plasma sebagai solusi atasi Flu Babi Afrika (ASF), saya berdiskusi dengan Dosen Fakultas Peternakan Undana.
Menurut Ansy lema, Ia mendapat masukan bahwa penyuntikan serum plasma konvalensen pada babi di NTT dan daerah lain sangat berbahaya, karena sampai saat ini belum ada data atau publikasi (succes story) yang menyatakan bahwa penyuntikan serum dapat mengatasi ASF.
Dari mana serum plasma konvalensen itu diperoleh, karena semua babi yang terkena ASF semuanya mati/tingkat mortalitas babi yang terkena ASF adalah 100 persen.
Logisnya, serum harus berasal dari darah atau serum babi yang sudah sembuh dari ASF. Faktanya, tidak ada babi yang tertular ASF sembuh dari ASF. Jangan sampai penyuntikan serum justru menjadi ajang penyebaran ASF.