Ironis, mengapa ada rencana impor beras sementara produktivitas dalam negeri meningkat?
Karena itu, Ansy Lema, secara tegas meminta Kementan agar gigih bertarung dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) untuk meyakinkan pemangku kebijakan sehingga tidak melakukan impor di tengah produktivitas yang menanjak.
Kementan harus berani membangun-memerjuangkan “narasi tandingan” terhadap kebijakan impor, yakni memerjuangkan kedaulatan pangan, utamakan produk dalam negeri, dan melindungi petani.
“Bung Karno pernah berujar, ‘Jangan biarkan selera ujung lidahmu dijajah asing’,” ungkap politis PDI Perjuangan.
Impor di tengah produktivitas pangan, jelas membunuh petani, melemahkan semangat mereka untuk menanam. Baru muncul wacana impor beras, harga gabah petani sudah anjlok, apalagi kebijakan impor dilakukan.
“Pengutamaan produksi dalam negeri demi kedaulatan pangan adalah ideologi pangan bangsa yang dijamin konstitusi,” jelas Ansy Lema.
KEDUA, apa yang dilakukan Kementan untuk menindaklanjuti catatan Presiden Joko Widodo ketika mengunjungi lahan food estate di Sumba Tengah?
Menurut Ansy Lema, bersyukur, dalam kunjungannya ke Sumba Tengah, Presiden Joko Widodo juga mengakui bahwa Kabupaten Sumba Tengah sementara kekurangan air untuk mendukung program food estate.
Ini sesuai pendapat-penyampaian saya dalam Raker bersama Menteri Pertanian, bahwa problem air dan irigasi cukup krusial di Sumba Tengah.