Hal tersebut di sampaikan oleh ketua sanggar Wela Sambi, Lipus Wahur, saat berbincang-bincang dengan wartawan SwaraNTT.Net di kantor Desa Batu cermin,Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, pada Rabu (23/12/2020).
Dia menyampaikan, budaya-budaya manggarai,seperti tarian caci, sanda, mbata, merupakan warisan leluhur yang tidak boleh pudar namun harus di pertahankan.
“Budaya ini tidak boleh hilang,karena melalui budaya, seperti contohnya tarian caci itu artinya adalah sebagai bentuk didikan supaya kita berprilaku sopan santun,serta untuk menangkal radikalisme antar sesama sehingga tercapainya hidup yang damai di dalam anggota maupun antar masyarakat,juga terciptanya rasa saling menghargai, sesuai pesan-pesan leluhur,” Katanya.
Sanggar Wela Sambi, baru di bentuk pada bulan Februari 2019,di bawah naungan Desa Batu Cermin.Walau pun masih baru di bentuk sanggar Wela Sambi sudah sering melakukan pementasan di berbagai acara baik di tingkat Desa maupun di setiap moment penjemputan tamu lokal maupun manca negara.
“Pada bulan November 2020 yang lalu kami ada kegiatan penjemputan tamu kementrian sosial waktu datang ke Desa Batu Cermin,” Ujarnya.
Selain itu kata ketua Sanggar Lipus Wahur, bawa sebelumya sanggar Wela Sambi sering melakukan pementasan budaya seperti caci, Sanda dan Mbata di Obyek wisata Batu Cermin.
“Sebelum tempat wisata Batu Cermin di tata,kami sering pentas di sana, selama dua kali seminggu, yaitu hari rabu dan sabtu, dan puji Tuhan banyak sekali yang datang menonton,” Ujarnya.
Namun untuk sementara kata Lipus, kegiatan di Batu cermin terpaksa di hentikan, namun anggota Sanggar tetap melakukan latihan pementasan di Balai Desa Batu Cermin, hingga Gua Batu cermin dapat beroperasi kembali.