Shana juga berharap melalui kerjasama pengembangan wisata baru dengan MPIG juga menjadi gerbang awal bagi kelompok petani kopi Flores, khususnya di 3 Kabupaten Manggarai yang saat ini tergabung bersama MPIG untuk dapat bersama-sama menjaga agar kopi lokal tidak kehilangan identitas aslinya. Melalui berbagai pelatihan penguatan SDM petani kopi Shana berharap para petani mampu memproduksi kopi dengan kualitas yang bagus.
“Ini juga merupakan salah satu bentuk komitmen BOPLBF mewujudkan Labuan Bajo dan Flores secara keseluruhan menjadi gerbang ekowisata dunia. Membangun pariwisata berbasis masyarakat salah satunya melalui eksistensi para petani kopi. Kita mulai desa!,” ujar Shana.
Shana menekankan, melalui kerjasama dengan MPIG, kopi bukan lagi sekedar produk kuliner, tetapi merambah menjadi produk wisata experience yang menawarkan pengalaman menikmati varian konsep wisata kebun dengan segmen mulai dari pengenalan berbagai jenis kopi hingga mengenali budaya masyarakat petani kopi seperti yang bisa ditemui di lembah Colol.
Senada dengan Shana, Ketua MPIG Joseph Janu antusias, pengembangan destinasi wisata baru kopi akan membawa angin segar selain bagi pariwisata daerah juga bagi para petani kopi di 3 Kabupaten Manggarai, serta bagi para wisatawan minat khusus yang punya ketertarikan dengan kopi.
“Yang jelas, akan banyak sekali dampak positif dari kerjasama ini. Yang utama adalah bagaimana membuat kopi mejadi destinasi wisata baru yang ada di 3 Kabupaten Manggarai dan Labuan Bajo sebagai etalase kopi, dan sekaligus menjadi pusat informasi dan promosi kopi. Inilah yang menjadi titik awal dari MoU ini,” tegas Joseph.
Lebih jauh Joseph berharap, dengan semakin dikenalnya kopi Flores kemampuan ekspor kopi dengan kualitas bagus dapat semakin ditingkatkan dan itu berarti akan makin memperluas jangkauan pasar kopi lokal Flores.
Joseph juga menjelaskan, MPIG akan terus melaksanakan pelatihan-pelatihan bagi para petani kopi yang tergabung dalam MPIG agar dapat makin meningkatkan kemampuan para petani kopi memproduksi kopi sesuai standar yang telah ditetapkan.
“Kami punya master trainer yang melatih para petani secara periodik, dengan begitu para petani makin terbiasa bekerja sesuai standar kualitas yang ditetapkan, mulai dari sejak pasca panen sampai dengan saat mendapatkan green beannya,” jelas Joseph.
Lebih lanjut Joseph menjelaskan, sejauh ini sudah ada 42 kelompok petani yang tergabung dalam MPIG dan sampai saat ini MPIG masih terus berupaya untuk menghimpun lebih banyak lagi petani kopi agar dapat bergabung bersama MPIG.
“Karena semakin banyak mereka bergabung, makin besar kemampuan kami untuk memproduksi kopi specialty yang bercita rasa tinggi untuk kopi Manggarai dengan value added (nilai tambah), bukan cuma dari biji kopi tapi juga wisatanya,” ungkap Joseph.
Sementara itu, Sekertaris MPIG Boni Romas menjelaskan, kelompok petani kopi yang tergabung dalam MPIG tersebar di 3 Kabupaten Manggarai, antara lain 50% di Kab. Manggarai Timur, 30% di Kab. Manggarai, dan 20% di kab. Manggarai Barat dengan karakter masing-masing sesuai dengan kontur wilayah setempat dimana kopi tersebut tumbuh.
Pengembangan destinasi wisata baru kopi tersebut akan berada di 4 lokasi di 3 Kabupaten Manggarai, dan akan menjadi lokomotif bagi salah satu wisata minat khusus ini.