oleh

Industri Prospektif Masa Depan Indonesia

Laporan Kaspersky ICS CERT terbaru menunjukkan, Indonesia berada di peringkat keenam di Asia Tenra sebagai wilayah dengan infeksi terbanyak. Dengan persentasi sebesar 43,2% dari komputer ICS yang infeksinya diblokir selama enam bulan terakhir pada 2018.

Yeo berkata, “Aktivitas siber berbahaya pada komputer ICS dianggap sebagai ancaman yang sangat berbahaya karena berpotensi menyebabkan kerugian materi dan penghentian produksi dalam pengoperasian fasilitas industri. Serangan yang telah Kaspersky hadang membuktikan kehadiran internet di infrastruktur perusahaan ternyata menjadi peluang emas bagi pelaku kejahatan siber untuk melakukan aksi mereka.”

Baca Juga: Waspada Terhadap Bandit Demokrasi

Serangan tersebut berhasil karena kurangnya kemampuan keamanan siber di antara karyawan, yang seharusnya dapat dicegah dengan pelatihan dan kesadaran tinggi dari staf itu sendiri. Pencegahan ini bahkan lebih mudah daripada mencoba menghentikan aksi para pelaku kehajatan siber.

Industri 4.0 adalah pedang bermata dua, hadir dengan dukungan sistem nirkabel hingga proses dan komunikasi yang lebih cepat, sekaligus konsekuensi serangan siber yang merugikan. Mengingat Indonesia adalah negara ke-6 di dunia yang terkena dampak penargetan ICS pada 2018, berikut ini beberapa rekomendasi untuk menghadapi industri masa depan itu.

Sebuah pembaruan industri dengan menggunakan teknologi digital yang memungkinkan upaya bisnis untuk melakukan transformasi kepada core operation, pengalaman pekerja dan pelanggan mereka, dan pada akhirnya juga mengarah pada pembaruan model bisnis mereka. Dengan demikian, sebuah perusahaan dapat meningkatkan efisiensi baru di berbagai aspek, mulai dari riset & pengembangan, engineering, proses produksi, manufaktur, dan juga fungsi support, dimana semuanya itu akan didukung oleh sebuah sistem, proses, sensor dan tingkat intelejensi baru secara terintegrasi.

Pengalaman pekerja dan konsumen ditata dan dikembangkan ulang secara lebih personalize dan advance seperti misalnya immersive, augmented dan virtual reality. Hal menarik lainnya adalah dengan adanya ekosistem yang lebih baik, yang memungkinkan produk, servis dan mesin-mesin industri menjadi lebih terkoneksi satu sama lain, akan memungkinkan untuk memperoleh adanya bisnis model baru dan revenue stream baru.

Sebagai penggerak dari digitalisasi value chain yang menyeluruh, Industri X.0 dapat berpesan besar untuk mengoptimalkan peluang untuk memimpin di era ini. Namun, bagi banyak perusahaan, tantangan terbesar adalah kemampuan untuk melepaskan diri dari nilai-nilai lama yang sudah tertanam di dalam bisnis inti mereka, dan secara bersamaan menghadirkan inovasi dan potensi pertumbuhan dari model bisnis digital yang baru.

Dari 1,000 perusahaan yang telah mengikuti market research Accenture, 99% dari mereka menunjukkan ambisi yang tinggi akan datangnya Industri X.0. 64% setuju bahwa kegagalan memanfaatkan komponen digital akan menyebabkan mereka untuk susah bertahan. 92% ingin memberikan pengalaman baru melalui produk yang canggih dan saling berhubung.

Namun ironisnya, hanya 44% yang mampu untuk mendorong dan membuat perkembangan baru dalam perusahaannya, dan 34% yang mampu untuk melakukan transformasi dari inti bisnis perusahaan mereka. Dan pada akhirnya, hanya 13% yang sukses melakukan keduanya. Perusahaan tersebut mampu untuk mendorong efisiensi produksi dari inti bisnis dan membuat perkembangan baru melalui lini bisnis baru.

Agar supaya perusahaan dapat sukses dalam menerapkan transformasi digital, terdapat enam kapabilitas yang dibutuhkan perusahaan:  (1)Transform the core, yaitu proses digitalisasi dan integrasi semua proses yang ada, meliputi engineering, produksi, dan fungsi support lainnya untuk mencapai hasil yang lebih efisien. Kedua, Fokus kepada hasil akhir yang ingin dicapai, dengan cara berorientasi kepada nilai sehingga bisa mendapatkan diferensiasi yang akhirnya membuat perusahaan bisa memimpin dalam persaingan. Ketiga,  Merekayasa ulang sebuah ekosistem yang baru, termasuk juga di dalamnya untuk mengembangkan mitra bisnis yang baru yang dapat membantu dalam menyokong inovasi dan kapabilitas baru. Keempat, Upaya inovasi untuk model bisnis baru, yaitu meciptakan revenue stream yang baru. Kelima, Membangun, meningkatkan dan memperbarui tenaga kerja yang baru yang lebih kompeten dan adaptable. Keenam,. Manage the wise pivot, proses manajemen yang berkesinambungan untuk menyelaraskan investasi antara bisnis inti yang saat ini sedang dilakukan dan bisnis baru yang sedang dikembangkan.

Dengan mempertimbangkan keenam kapabilitas dalam proses bisnis, maka diharapkan terjadi transformasi yang selaras dengan kebutuhan industri ke depan.