Dia menyebut, pengembangan PLTP di Indonesia sudah berlangsung sejak 40 tahun lalu. Sejak tahun 1980, penambahan kapasitas PLTP di Indonesia sekitar 60 Mega Watt (MW) per tahun. Namun, sejak 12 tahun terakhir ini bertambah sekitar 100 MW per tahun.
Peningkatan kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia menurutnya masih tercepat dari seluruh negara di dunia.
“Jadi kalau sekarang, kita lihat Indonesia adalah satu-satunya negara yang punya potensi bahan kapasitas yang jauh lebih cepat di antara negara-negara lain,” ungkap Dion.
Seperti diketahui, per Januari 2022 Amerika Serikat tercatat sudah memasang kapasitas panas bumi hingga 3,79 GW, diikuti oleh Indonesia yang sudah memasang kapasitas panas bumi hingga 2,35 GW. Sedangkan Filipina menempati posisi ketiga sebesar 1,93 GW. Selanjutnya, Turki sebesar 1,68 GW.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan bahwa “harta karun” berupa panas bumi di Indonesia baru dimanfaatkan sebagai sumber energi sebanyak 10% dari total sumber panas bumi yang ada.
Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Harris Yahya mengatakan bahwa potensi panas bumi di Indonesia berlimpah hingga mencapai 23 Giga Watt (GW).
Namun sayangnya, Harris menyebutkan dari total potensi yang ada itu baru dimanfaatkan sebagai energi yakni listrik hingga saat ini tercatat 2.355 Mega Watt (MW). Artinya, lanjutnya, pemanfaatan panas bumi di Indonesia baru sebesar 10% dari total potensi yang ada.
“Kita kan potensi panas bumi kan masih sangat banyak, dari 23 ribu MW yang kita punya itu sekarang kan baru terpasang sekitar 2.355 MW, jadi baru sekitar 10%,” ungkap Harris, pada Selasa (21/2/2023) lalu.