Oleh: Gusty Supardi
Sejak Desember 2019, virus Corona muncul dan dikenal sebagai COVID-19, yang memicu wabah ini awalnya di Kota Wuhan, Cina, dan selanjutnya merebak di berbagai negara sehingga WHO mendeklarasikannya sebagai pandemi global.
Dikutip dari World Health Organization (WHO), Virus Corona merupakan zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia. Menurut penyelidikan yang telah dilakukan, SARS-CoV ditularkan dari kucing luwak atau yang lebih dikenal dengan musang ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Namun beberapa virus Corona juga dikenal beredar pada hewan-hewan yang sebelumnya belum pernah menginfeksi manusia.
Pemerintah terus berupaya untuk mengatasi pandemik Covid-19, serta memikirkan bagaimana dunia pendidikan tetap terus berjalan namun harus memperhatikan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu New Normal adalah perubahan prilaku atau kebiasaan baru untuk tetap menjalankan aktivitas seperti biasa namun dengan selalu menerapkan protokol kesehatan.
Semua pihak tentu mengharapkan kondisi pandemik ini segera teratasi dan dunia pendidikan sangat berkepentingan untuk menghindari terjadinya lost generation, generasi yang tersisih dengan kualitas pendidikan yang rendah sebagai akibat langsung dari kondisi pandemik.
Pandangan yang meletakkan keluarga sebagai pranata penting pendidikan tersebut sejalan dengan pemahaman keluarga sebagai sumber energi kependidikan anak (Paulus L Kristianto, 2016). Dalam pemahaman ini peran dan fungsi keluarga sebagai pilar pendidikan jelas terukur dan sangat diperlukan.
Di tengah kondisi yang serba menantang dan berkesulitan sebagai dampak langsung pandemi covid-19, keluarga dapat menjadi bagian penting tumbuh dan berkembangnya pendidikan. Sebagai fungsi dasar pandangan hidup, dalam konteks pendidikan eloknya dapat menjadi sebagai perekat konteks interaksi sosial dalam keluarga, dasar pandangan yang meneguhkan sikap hidup optimis di tengah tantangan akhibat pandemi Covid-19.