Lampu tersebut jelas Dia bisa ditemukan di setiap perempatan atau pertigaan jalan raya, fungsinya kata Dia untuk mengatur lalu lintas. Lampu ini lanjut Dia rangkaian listriknya menggunakan rangkaian paralel.
Dia menjelaskan saat lampu hijau menyala itu artinya pengguna kendaraan bermotor dipersilahkan jalan, lampu kuning kecepatan melambat dan lampu merah berhenti.
“kalau warna hijo itu berarti kita diperbolehkan untuk jalan, sedangkan warna kuning kita diperintahkan agar kecepatan mobil atau kendaraan kita melambat, sedangkan ketika lampu merah kita diperintah stop atau berhenti”, ujarnya.
Ketua panitia pelaksana Yoseph Pantur kepada SwaraNTT.Net menjelaskan karya yang dihasilkan oleh siswa dan siswi SDK Ruteng V adalah mendaur ulang sampah plastik dan kertas menjadi karya yang memiliki nilai seni dan nilai ekonomi, berupa pajangan dinding.
Lebih lanjut Dia menjelaskan SDK Ruteng V menghasilkan sampah yang cukup banyak terlebih khusus sampah plastik dan sampah kertas. Dari permasalahan ini kata Dia Sekolah mengambil langkah agar lingkungan tetap bersih dan bebas dari sampah, sehingga sampah-sampah tersebut diolah menjadi sebuah karya yang memiliki nilai seni dan nilai ekonomi.
“Ruteng V inikan produksi sampahnya llumayan banyak, nah untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih bebas dari sampah, kita akhirnya mengajarkan siswa dan siswi agar mendaur ulang sampah, menjadi barang yang memiliki nilai seni dan nilai ekonomi, yang bisa di jual sehingga bisa menghasilkan uang, ada pajangan dinding seperti gambar burung, kelinci, dll”, jelasnya.
Selain giat mendaur ulang sampah dalam gelar karya panen P5 juga kata Dia, siswa dan siswi dikenalkan dengan kearifan lokal, seperti membuat makanan lokal, tari-tarian dengan gerakan khas Manggarai dan juga pakaian Adat Manggarai. Sehingga dengan ditanamkannya sejak dini, kearifan lokal itu akan terpelihara dan berkelanjutan.