Demikian press release yang diterima SwaraNTT.Net dari divisi Komunikasi Publik Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF), melalui pesan WhatsApp Selasa (22/09/2020) malam.
Direktur Utama BOPLBF, Shana Fatina dalam kesempatan tersebut mengatakan, peninjauan dilakukan sebagai bentuk dukungan dan jaminan pemerintah pusat dan daerah, kepada masyarakat kampung adat Wae Rebo yang saat ini sudah mulai menerima kunjungan wisatawan.
“Sejak awal aktivasi kembali wisata kampung Wae Rebo, desain jalur evakuasi memang menjadi salah satu target pemerintah, mengingat jaminan keamanan, keselamatan masyarakat dan wisatawan Wae Rebo menjadi prioritas terutama di masa pandemi seperti saat ini” kata Shana.
Lebih lanjut Shana menjelaskan, berbagai upaya untuk mendukung dan menjamin keselamatan masyarakat di destinasi wisata, yang sudah mulai beraktivitas kembali seperti kampung adat Wae Rebo, dilaksanakan dengan memperkuat edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya protokol kebersihan, kesehatan, keamanan, dan ramah lingkungan (Cleanliness, Health, Safety, Environment/CHSE secara disiplin, selain menyiapkan jalur evakuasi kampung adat Wae Rebo.
“Kami ingin masyarakat Wae Rebo merasa aman, merasa yakin, dan percaya, bahwa mereka tetap dapat beraktivitas kembali dengan aman, asal senantiasa disiplin pada protokol kesehatan. Disisi lain, kami perkuat mereka dengan desain jalur evakuasi ini, sehingga dalam keadaan darurat masyarakat Wae Rebo tidak mengalami kesulitan mengakses fasilitas kesehatan ataupun untuk mengangkut keperluan logistik yang diperlukan” jelas Shana.
Sementara itu Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Manggarai Barat, Dominikus Hawan mengungkapkan, tujuan pendaratan helikopter di kampung adat Wae Rebo merupakan bentuk komitmen pemerintah, dalam rangka upaya mitigasi bencana dan tanggap darurat bencana (emergency response) di destinasi wisata, baik bencana alam maupun non alam.
“Kondisi keberadaan (existing) dari Wae Rebo yang berada di ketinggian, diapit oleh pegunungan dan akses masuknya yang tidak dapat ditempuh menggunakan transportasi darat, membuat Wae Rebo cukup memiliki potensi kebencanaan. Untuk itulah pemerintah hadir menyediakan helikopter sebagai solusi melalui akses udara jika terjadi kejadian darurat bencana”,ujar Dominikus.
Dominikus juga menekankan bahwa pariwisata yang berkelanjutan tidak terlepas dari kesiapsiagaan berbagai elemen, sinergi berbagai pihak terkait sangat dibutuhkan.
“Seperti landasan helikopter yang digunakan untuk keperluan pendaratan pagi ini disiapkan warga kampung Wae Rebo sendiri secara gotong royong sebagai bentuk dukungan warga terhadap upaya mitigasi bencana yang dilakukan pemerintah” katanya.
Posisi landasan helikopter (helipad) yang jauh dari keberadaan rumah adat (Mbaru Niang) dan pemukiman masyarakat juga diperhitungkan dengan seksama, guna memastikan bahwa lokasi pendaratan helikopter relatif aman dari pemukiman warga.
“Masalah kebencanaan ini kan tidak memandang batas administratif. Cara pandangnya harus secara holistik dan menyeluruh, dan menggunakan pola pikir krisis. Ini yang kemudian menjadi fokus kami, bersama BOPLBF, dan Dispar Kabupaten Manggarai Barat secara bersama-sama melakukan simulasi pendaratan dan evakuasi ini”, Dominikus menegaskan.
Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Kabupate Manggarai, Anglus Angkat mengapresiasi dukungan berbagai pihak dalam upaya pemulihan kembali aktivitas pariwisata, khususnya pariwisata kampung Wae Rebo. Upaya menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat Wae Rebo dan para wisatawan, kata Dia dengan penguatan protokol kesehatan melalui edukasi dan penyiapan jalur evakuasi destinasi wisata kampung adat Wae Rebo, seperti yang dilakukan saat ini diharapkan memberikan optimisme kepada masyarakat Wae Rebo dalam menjalankan pariwisata.
“Terima kasih kepada BOPLBF dan BPBD yang telah bersinergi bersama kami mempersiapkan berbagai upaya pemulihan pariwisata Wae Rebo. Semoga dengan segala bentuk dukungan ini masyarakat makin percaya diri menerima kunjungan wisatawan dengan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan” imbuhnya.
Aktifitas pariwisata di kampung adat Wae Rebo sendiri sejak dibuka oleh Gubernur NTT, Viktor Laiskodat pada 6 September 2020 lalu, masih membatasi kunjungan wisatawan. Pembatasan dilakukan dengan hanya menerima kunjungan harian. Hingga saat ini kunjungan wisatawan dalam rangka menginap belum diijinkan.