oleh

Dramaturgi Politik Menuju Pemilukada

Panorama pencitraan semakin kuat dan disusun secara canggih. Di beberapa  media misalnya, penciptaan panggung politik sudah dibungkus dengan narasi-narasi “prestasi” politis elit. Kita acungkan jempol untuk “prestasi-prestasi” itu. Sisi lain, ada sinyal kuat upaya elit untuk meredam rapor merah selama kekuasaan. Tidak diberitakan berbagai kagagalan elit di media massa. Mengapa demikian? Karena kegagalan seringkali “membunuh” dan menurunkan elektabilitas. Bagi Kenneth Duva Burke model seperti itu disebut dramatisme. Elit politik sedang berkamuflase dan bermain pentas di atas panggung. Tujuannya ialah menciptakan kekaguman dan keterkejutan bagi masyarakat.

Dramaturgi

Sejalan dengan itu, Erving Goffman mengemukakan konsep dramaturgi. Dramaturgi Goffman menekankan bahwa tindakan sosial seseorang merupakan rentetan pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Dramaturgi dalam ranah  sosiologi sering menitikberatkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari. Erving Goffman lalu menarik tindakan sosial sehari-hari sebagai pertunjukan teatrikal (Mulyana, 1999:87).  Melalui teori dramaturgi, Goffman menggambarkan  manusia dalam kehidupan nyata dengan para pemain atau pemeran di atas panggung. Peran manusia ialah memainkan suatu bentuk citra atau bayangan. Tujuan pertunjukan adalah untuk membuat publik percaya terhadap apa yang disajikan.

Menurut Goffman, setiap individu membuat keputusan untuk mempresentasikan dirinya melalui pengelolaan kesan dan melanjutkan pertunjukannya untuk memastikan bahwa citra atau bayangan tersebut mendapat pengaruh. Aspek penting teori dramaturgi dalam konteks komunikasi adalah konsep publik, hubungan antara individu dengan publik. Dalam teori dramaturgi terdapat dua esensi yaitu konsep front stage dan back stage. Dalam interaksi tatap muka, kedua konsep ini saling terhubung satu sama lain, tetapi berada pada dua wilayah yang berbeda.

Pertama, depan panggung atau front stage. Setiap pertunjukkan, publik menangkap dan memberikan penilaian terhadap aktor berdasarkan berbagai petunjuk atau kriteria normatif. Berdasarkan penilaian itulah kita memperlakukan orang lain atau sebaliknya. Dengan kata lain, ketika kita berinteraksi dengan orang lain, maka secara sengaja kita menampilkan diri sebagaimana yang diinginkan. Kedua, belakang panggung atau back stage. Panggung belakang selalu berkaitan dengan panggung depan. Panggung belakang ialah tempat menampilkan diri apa adanya. Ketika pertunjukan telah selesai, aktor kembali ke panggung belakang dan merasa lega bahwa berbagai tindakan yang ditampilkan di atas panggung telah secara bebas diekspresikan.

Politik

Komentar