3.Perlu penganggaran untuk sosialisasi stunting yang bersumber dari dana desa.
4.Dana desa untuk stunting difokuskan pada PMT jika targetnya adalah penurunan stunting dalam jangka pendek (3 bulan)
5.Perlu dipikirkan solusi untuk rujukan anak “Stunting berulang”
6.Perlu peningkatan pemahaman pelaku di tingkat desa termasuk pemerintah desa.
Di tempat yang sama, mewakili kepala Dinas BP2KB Maria Yustina Diana Baru, S.ST,M.Kes, ketua Panitia kegiatan Asumpta Djo dalam laporannya menjelaskan, hasil pengukuran bulan Agustus 2024 terdapat 2.791 anak stunting dari 25.219 anak yang diukur (11,07%). Sementara terdapat 68 sasaran yang tidak ke posyandu.
Dijelaskan Asumpta Djo, jika dibandingkan bulan februari 2024 ada 2.973 kasus stunting dari total 25.902 sasaran (11,48 %) terjadi pengurangan kasus sebanyak 182 orang atau 0,41 % ( angka ini termasuk balita DO stunting pada Agustus 2024 sejumlah 138 orang ) terjadi penurunan stunting pada Baduta (0-2 tahun.
Lebih lanjut dijelaskannya, pada bulan februari 2024 ada 906 kasus stunting, Agustus 2024 730 kasus stunting (penurunan 176 kasus).
Ia menuturkan, ada kenaikan stunting pada bayi (0-6) bulan dari 56 menjadi 60. Pada balita hampir tidak mengalami perubahan, dari 2009 kasus ke 2001 kasus “Berharap kita sudah mengetahui naik atau turunnya angka stunting di wilayah kerja kita masing-masing di setiap kecamatan, puskesmas, desa atau kelurahan,”ungkapnya.