Shana juga melanjutkan bahwa dari semua proses yang dilalui, poin yang paling penting adalah komitmen untuk konsisten.
“Yang paling penting dalam proses ini adalah teman-teman bisa masuk ke tahap konsisten karena pada dasarnya hotel dan restoran sangat ingin menyerap produk lokal, tinggal bagaimana kita berkomitmen untuk secara terus menerus memasok kebutuhan yang diinginkan begitupun dengan cafe ini, harus komitmen untuk selalu buka dan siap melayani para tamu” jelas Shana.
Dirut BPOLBF menambahkan beberapa hal yaitu perlu narasi yang dibangun di cafe tersebut dan berharap agar Bengkes Cafe dapat menjadi pusat informasi dari potensi wisata di sekitarnya.
“Mari kita narasikan tempat ini sehingga nantinya wisatawan bisa tertarik untuk ke kebun kopinya langsung dan menikmati pengalaman wisata yang tidak terlupakan. Tempat ini juga bisa dijadikan sebagai pusat informasi untuk potensi-potensi yang ada di sekitar tempat ini. Mari kita bangun kopi Manggarai yg berkualitas dan mendunia” tutupnya.
Hal senada juga disampaikan Penasihat APEKAM, Romo Beny Jaya, Pr. Menurutnya cafe ini bisa menjadi penggerak bagi UMKM di sekitar.
“Saat ini kopi bukan hanya kopi yg dituang di gelas tapi juga dikemas dalam bentuk lain dan bisa menjadi buah tangan sehingga perlu dipikirkan juga pengemasannya dan tempat ini dapat menjadi pusat UMKM lokal, jadi yang punya ubi bisa dititipkan di sini, yang punya keahlian mengolahnya menjadi keripik dan lain-lain bisa dikumpulkan di sini, bagi yang punya kerajinan bisa dipajang di sini juga” jelasnya.
Cafe yang digagas oleh Ketua APEKAM, Sales Pakis tersebut direncanakan akan menjadikan kopi (red caturra, yellow caturra, S 795 dan robusta) sebagai menu utama. Menurutnya tempat ini adalah simbol harapan dari para petani yang tergabung dalam APEKAM.
“Minum kopi di Bengkes Cafe itu berarti membantu petani-petani yang terhimpun dalam APEKAM. Walaupun profesi kita berbeda tapi tujuan kita sama, yaitu meningkatkan pariwisata di kabupaten ini dengan peran masing-masing” jelasnya.
Sales juga menambahkan bahwa cafe yang ia bangun menaruh harapan agar nantinya kopi dari daerahnya yaitu di Lelak bisa diproduksi dan dipasarkan dengan lebih baik dan dapat memberi pemasukan kepada 1250 petani dari 6 desa di kecamatan Lelak dan Ruteng.
Pariwisata adalah salah satu industri dengan tingkat pertumbuhan terbesar di Indonesia termasuk Pulau Flores. Pertumbuhan dari sektor pariwisata di pulau yang dijuluki sebagai “Pulau Bunga” ini merupakan potensi yang luar biasa bagi produk lokal.
Perkembangan ini tidak hanya menimbulkan peningkatan kebutuhan atas fasilitas yang terkait secara langsung ke dunia pariwisata, seperti akomodasi dan restoran, tetapi juga memiliki efek domino ke sektor lain seperti berbagai produk hasil bumi seperti Kopi.
Dalam dunia pariwisata khususnya di Manggarai Raya, Kopi tidak hanya dijadikan teman menikmati hidangan di pagi atau sore hari, tetapi juga dijadikan sebagai teman wisatawan dalam menikmati pemandangan dan dijadikan sebagai salah satu oleh-oleh khas saat wisatawan kembali ke daerah atau negara asalnya.