Ada sebagian orang yang berkilah bahwa menulis di media sosial, seperti e-Mail, Web, Blog, BBM (BlackBerry Messenger), FB (Facebook), WA (WhatsApp), IG (Instagram), Line, dan Steemit tidak perlu terlalu memperhatikan standar penggunaan bahasa, yang penting pembaca dapat mengerti apa yang disampaikan penulis. Kilahan tersebut tidak beralasan, bahkan bertentangan dengan teori literasi informasi. Dalam teori literasi informasi disebutkan bahwa penulis harus menyampaikan pesannya dengan menggunakan bahasa yang standar, yaitu bahasa yang berkaidah.
Hal tersebut didasari atas pertimbangan bahwa suatu pesan akan tersampaikan secara baik kepada pembaca melalui penggunaan bahasa yang efektif, terutama penerapan kaidah ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf. Perhatikan beberapa data penggunaan bahasa Indonesia pada media sosial berikut! Hampir setiap warung kopi kita lihat kekuatan sugestif game ini menggerogoti remaja-remaja penggila game online.
Mobile Legend ini juga mampu berpenetrasi kekehidupan setiap pemainnya. Dan mulai mengubah perilaku serta kebiasaan. Semisal bicara sendiri, acuh terhadap apapun, lupa waktu, marah tak karuan sendiri, bahkan melontarkan kata-kata makian yang bernuansa tabu. Padahal, masih banyak hal bermanfaat yang dapat mereka lakukan dari pada ikut tersengat arus game virtual ini. Inilah hipnotis yang saya maksud.
Tak ada sedikit pun maksud menghina atau mengkritik game berjuluk ML atau Moba ini. Lebih kepada perubahan sikap teman-teman saya yang lupa akan segala hal bersebab virus Moba tersebut sampai-sampai mengesampingkan akal sehat setiap penikmatnya.
Paragraf pada contoh tulisan di atas (yang saya salin dari steemit seseorang) masih jauh dari teori atau kaidah bahasa Indonesia. Ejaan, diksi, kalimat, dan penalaran paragraph tersebut banyak yang salah, khususnya pada paragraph awal tulisan tersebut. Mari kita periksa satu per satu kosakata atau diksi atau pembentukan kata, struktur kalimat, dan pengembangan paragrafnya, apakah sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia!
Dilihat dari sisi diksi, banyak pemakaian kata yang tidak sesuai dengan prinsip pemilihan kata. Ditilik dari segi struktur, sebagian besar kalimatnya tidak gramatikal atau salah.
Ditinjau dari sudut penalaran, jelas-jelas paragraf tersebut tidak memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Berdasarkan teori dasar menulis, untuk membangun sebuah paragraf yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut: kebenaran kalimat, kesesuaian alat kohesi, kesatuan gagasan, kepaduan paragraf, kelogisan penalaran, dan kesistematisan penyajian. Selain itu, ejaan, pembentukan kata, diksi, variasi kalimat, dan gaya bahasa juga jangan sampai terabaikan.
Penggunaan bahasa di media sosial memang tidak sekaku penggunaan bahasa dalam karya ilmiah. Ada gaya selingkung atau ragamnya tersendiri demi keluwesan dalam berbahasa.
Meskipun demikian, bukan berati kita bebas menggunakan bahasa sesuka hati kita. Prinsip-prinsip penggunaan bahasa yang baik dan benar perlu menjadi perhatian para penulis. Penggunaan bentuk-bentuk singkatan yang tidak konvensional yang cenderung merusak bahasa justru sangat dilarang.