Pariwisata juga lanjutnya harus memiliki semangat atau spirit untuk melayani. Senyum, salam, sapa, merupakan ciri khas sebuah pelayanan pariwisata. Resources (potensi) harus diterjemahkan menjadi sebuah produk, take and givenya harus ada.
Untuk mencapai sebuah kesuksesan lanjutnya pasti ada tantangan. Begitu pula di dunia pariwisata yaitu soal pengemasan dan pengelolaan. Sehingga SDM yang mumpuni menjadi sebuah keharusan dan mesti dipersiapkan. Dengan demikian kantong-kantong yang memiliki potensi wisata bisa dikelola dengan baik.
“Kalau boleh kantong- kantong yang menjadi pusat pariwisata kita dijadikan bisnis model, pasarannya bagaimana, sumber pendanaanya bagaimana, tetap dijaga keasliannya, bagaimana kita mengelolanya sehingga menjadi ikon pariwisata kita” katanya.
“Pariwisata itu juga harus membuat orang senang dan respek kepada budaya dan lingkungan yang pada akhirnya dia (wisatawan red) happy, tetapi pengelolaannya jangan happy-happy, namun harus serius dengan tujuan wisatawan datang kembali, bukan sekali datang terus hilang. Buatlah berkesan sehingga tempat tersebut didatangi lagi dan pengunjung merasa betah” tutup Frans.
Pada tempat yang sama Herybertus G.L Nabit, Direktur Destinasi Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPBLF) menyampaikan, kegiatan Seminar dan Sarasehan ini adalah sarana untuk memfasilitasi aspirasi, masukan serta rekomendasi dari Pemerintah Daerah serta para pemangku kepentingan lainnya, di daerah-daerah yang menjadi wilayah koordinasi BOPLBF.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari program BOPLBF untuk mendekatkan diri dan menyerap masukan dari segenap pemangku kepentingan, yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata di setiap Kabupaten yang merupakan wilayah koordinasi BOPLBF” jelas Hery.
Seminar dan Sarasehan ini melibatkan berbagai elemen, mulai dari DPRD Kab. Manggarai, Dinas Pariwisata Kab. Manggarai, Bappeda, Tokoh Masyarakat, Pelaku Pariwisata, akademisi, media, dan unsur pemangku kepentingan lainnya. [Silve]
Komentar