“Ingat masih tujuh juta rakyat kita yang masih belum memiliki pekerjaan. Ini tugas kita bersama,” sambung Presiden.
Presiden kemudian memberikan gambaran, setelah ramai perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat, sebanyak 33 perusahaan global yang sebelumnya beroperasi di Tiongkok memutuskan keluar negara itu. Namun, dari 33 perusahaan tersebut tak ada satupun yang memutuskan untuk memindahkan operasinya ke Indonesia.
“Dari 33 perusahaan, 23 pindahnya ke Vietnam dan 10 lainnya memilih Kamboja, Malaysia, India, dan Thailand. Kok tidak ke kita? Ini ada apa? Ini harus jadi tanda tanya _dong_. Kita harus introspeksi ini ada apa,” ujarnya.
Menurutnya, satu hal yang menjadi permasalahan besar dan memengaruhi iklim investasi di negara kita adalah ruwetnya perizinan bagi investasi. Maka itu tak ada cara lain bagi Indonesia selain membenahi urusan perizinan ini.
Padahal, di saat yang sama, pemerintah juga tengah berjuang mengatasi defisit neraca transaksi berjalan dan neraca perdagangan yang telah berlangsung puluhan tahun. Upaya mengurangi defisit tersebut dapat dicapai dengan selain meningkatkan investasi, juga meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor yang dilakukan Indonesia.
Komentar