Oleh: Florianus Jefrinus Dian
Mahasiswa STFK Ledalero, Tinggal di Ritapiret
==================================
Hiruk pikuk persiapan pemilukada serentak sudah terasa panas. Agenda-agenda politik sudah meluncur deras, baik visi maupun misi. Baliho-baliho, kampanye politik di media sosial pun nyata sudah bertebaran. Itu artinya masyarakat berhadapan dengan narasi pertarungan visi-misi. Bagi politisi populis-progresif dan memiliki visi-misi yang baik, tentu mendapat perhatian serius dari rakyat.
Bagi rakyat, menebar visi-misi berarti mewujudkannya ketika duduk di kursi pemerintahan. Kenyataannya, di beberapa daerah janji-janji politik itu tidak terealisasi dengan baik oleh kekuasaan. Ada cerita pembangunan yang kurang ramah terhadap rakyat, kerusakan lingkungan, proyek mangkrak, jalan hancur, irigasi mubazir dll.. Cerita-cerita ini mengindikasikan bahwa janji politik itu seringkali sulit dieksekusi. Artinya kekuasaan gagal dalam pembangunan.
Selain pembangunan, reformasi birokrasi tidak dijalankan dengan baik. Terdapat kepincangan dalam mengelola kekuasaan sehingga tampak ada permainan politik dalam menentukan jabatan. Mutasi jabatan yang massif, terstruktur dan sistematis menjelang pemilukada sudah menjadi rahasia umum. Asas meritokrasi hanyalah teori yang berseliweran di buku. Tujuannya jelas yaitu membangun jaring-jaring serta basis dukungan, dari hulu sampai hilir. Inilah wajah politik yang perlu dievaluasi. Segala sesuatu selalu diinstruksi oleh politik.
Komentar