oleh

Kehidupan Anak dan Remaja di Era Gadget

Oleh : Maria Olga Jelimun

Swarantt.netGadget adalah trending term untuk menyingkatkan nama alat-alat tekhnologi yang canggih yang berada di dalam kehidupan manusia di abad ke 21. Gadget itu sendiri adalah kata umum yang di labelkan terhadap smartphone, laptop dan USB.

Manusia di era sekarang ini hidup sangat berdampingan dengan gadget. Jikalau dahulu kebutuhan primer manusia hanyalah sandang, pangan dan pakaian tetapi sekarang gadget adalah bagian yang utama dan pertama yang harus dipenuhi. Bahkan mirisnya banyak manusia yang lebih mengutamakan untuk mengeluarkan biaya besar demi mendapatkan gadget yang canggih dari pada memenuhi kebutuhan hidup yang lainnya.

Tidak bisa diingkari bahwa Gadget sebagai high technology telah menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seseorang. Hal ini memang sangat membutuhkan daya, yang mampu meningkatkan kesadaran agar perlakuan terhadap teknologi berjalan sewajarnya. Namun, penggunaan gadget pada dewasa ini sudah memberikan dampak negatif.

Baik terhadap perkembangan karakter pribadinya, kehidupan sosialnya juga terhadap keluarganya. Perilaku generasi era sekarang sudah sangat jauh dari generasi sebelumnya yang diakui sebagai generation X. Generasi sekarang yang disebut sebagai generasi milenial sudah terlihat tunduk pada gadget.

Mereka sangat patuh dengan alat komunikasi yang mereka miliki. Hampir 80% dari remaja milenial habiskan 12 jam sehari berinteraksi dengan gadget, entah itu untuk bermain game, update status dan kegiatan lainnya, tanpa melihat bagiamana keadaan sekitar mereka.

Dari penggunaan tanpa kontrol ini, bisa berdampak buruk pada kehidupannya seperti yang dikatakan oleh GwennSchurgin & Clarke Pearson, yang dipublikasikan di Pediadtrics.appublications tahun 2017 bahwa penggunaan media social sangat berisiko tinggi, pada kehidupan dan kebiasaan social anak, jika tidak diperhatikan baik oleh orang tua.

Seperti sebuah pepatah mengatakan “ Yang Jauh Terasa Dekat dan Yang Dekat Terasa Jauh”.
Apakah ini bertanda bahwa kehidupan sosial  nyata sudah beralih ke kehidupan sosial maya yang berpatokan pada gadget? Sangat disayangkan bukan?
Yah memang harus diakui bahwa sebagai manusia yang hidup di era modern sekarang ini, kita sangat  membutuhkan teknologi.

Sehingga dengan adannya gadget, manusia dapat dengan mudah melakukan segala sesuatu. Paradigma ini seakan sudah melekat pada pemikiran banyak orang tak terkecuali anak-anak atau remaja. Lalu, bagaimana dengan phenomena kekhawatiran terhadap karakter remaja di era gadget ini?

Ini mungkin tidak terpikirkan oleh banyak orang karena, gadget memang sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial yang sedang naik daun. Menawarkan keuntungan dan kemudahan yang sangat luar biasa, menggaet para penggemarnya yang begitu banyak. Bahkan disetiap bidang, baik itu ekononomi, hubungan kemasyarakatan dan bahkan pendidikan juga bergantung pada penggunaan gadget.

Di bidang ekonomi misalnya banyak para pembisnis menggunakan gadget untuk mempromosikan product yang dijual, bidang pendidikan adannya keleluasaan pelajar ataupun mahasiswa menggunakan gadget guna menyelasaikan tugas sekolah mereka seperti, penggunaan schoology dan email sebagai media membagi materi belajar.

Sekarang kebutuhan akan kerja sama nyaris  sudah tidak diperlukan karena, setiap orang mampu bekerja sendiri dengan bantuan gadget.  Hal ini diperkuat oleh Statistic Lemabaga Riset Pemasaran  Digital Pada Tahun 2018, yang mana perkiraan e-marketer jumlah pengguna smartphone di Indonesia mencapai lebih dari 100 juta orang, dan dengan jumlah tersebut Indonesia menjadi negara pengguna gadget keempat terbesar di dunia  setelah China, India dan America.

Generasi gadget ini lebih bersikap skeptis dan pesimis, cenderung menjujung tinggi privasi, egois, selalu ingin keberadaannya diakui, cuek, anti sosial, sendirian dan kehilangan kemampuan sosialisasinya. Mereka selalu merasa jika berpegang teguh pada pendirian yang positif adalah, pribadi yang dianggap sebagai pribadi yang tidak up to date, karena merasa bahwa pribadi yang hidup di era gadget adalah pribadi yang selalu mengikuti setiap perkembangan dan penemuan-penemuan baru dari teknologi.

Lalu, bagaimana tanda-tanda karakter remaja yang di pengaruhi gadget? Penulis coba melihat beberapa kasus yang terjadi dan dipublikasi melalui media;

Pertama, adanya kasus puluhan pelajar member group WhatsApp berbagi konten porno yang dimuat di Minangkabaunews edisi (26/02/2019), yang mana puluhan anak SD dan SLTP di jarring polisi melalui sekolah masing-masing.

Hal ini dipengaruhi oleh kecanduan terhadap penggunaan gadget dan diluar control orang tua sehingga, tanpa di sadari bahwa mereka menggunakan smartphone yang dimiliki untuk hal-hal yang sangat merugikan masa depan mereka dan bahkan membunuh karakter mereka sendiri.

Kedua, adanya kasus kejahatan internet yang melibatkan anak di bawah umur yang dimuat di DetikNews edisi  (03/06 2016) yang mana ada seorang anak yang berusia 17 tahun melakukan hacking terhadap Instagram seorang anak yang berinisial VB (20), kemudian berusaha mengakali kesempatan itu dengan menawarkan kepada korban untuk mengembalikan account korban, tetapi dengan meminta imbalan berupa uang.

Hal ini tentu sangat miris sekali, karena remaja tersebut menggunakan gadgetnya untuk menipu sesama, dan bahkan sebagai lahan mencari uang dengan cara yang tidak benar. Kasus yang lainnya yaitu kasus pornographi yang dilakoni oleh remaja 17 tahun yang mana pelaku dengan sengaja membagikan naked-picture ke sebuah situs WWW.supersexxxx.com.

Selain prilaku kejahatan yang terjadi diatas adapun hal-hal lain yang bisa  mempengaruhi karakter remaja seperti yang dilaporkan dari hasil penelitian Chusna. A. Puji (2017) tentang pengaruh gadget terhadap perilaku anak, yang mana anak-anak ataupun remaja yang sudah terlanjur kecanduan terhadap gadget terlihat malas-malasan, anti-social, dan sering mengabaikan tugas sekolahnya.

Hal-hal diatas tentu sudah sangat mengkhawatirkan sebab bisa berdampak pada keberlangsungan prilaku dan karakter remaja kalau penggunaan gadget tersebut tidak dikendalikan.

Disisi lain tanpa kita sadari gadget seakan berperan seperti orang tua, yang tidak sabar melihat anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan cepat. Karena, aplikasi dan tawaran yang diberikan gadget terus berkembang dan berhasil mendewasakan mereka yang tidak sesuai dengan usianya.

Bahkan kehadiran aplikasi-aplikasi terbarunya selalu diharapkan dan ditunggu seolah-olah menjadi kebutuhan utama dalam hidup. Nilainya seperti seorang ibu yang dengan penuh harapan menanti kelahiran bayi barunya.

Sepintas kita juga melihat pengaruh perkembangan tekhnologi yang begitu masif saat ini, mulai merasuki pikiran anak dan remaja kita dari segi penampilan. Penghargaan terhadap organ intim seakan menjadi hal yang tidak penting digenerasi sekarang ini. Lihat saja dari cara berbusana cenderung memilih yang buka-bukaan dan mini biar terlihat fashionable. Tetapi satu sisi bisa  mengundang niat jahat bagi setiap lawan jenisnya.

Trennya kemudian kelompok fashionable menganggap kelompok unfashionable sebagai kelompok yang tidak mengikuti perkembangan zaman, kelompok konservatif, kelompok yang tidak update. Dari masalah-masalah diatas sumber solusi yang pertama adalah orang tua karena orang tua merupakan sumber pertama perkembangan dan pertumbuhan anak

Apa yang dilakukan orang tua untuk mengurangi penggunaan gadget bagi anak-anak?
Penulis mencoba memberika beberapa solusi yang bisa di buat untuk mengurangi penggunaan gadget bagi anak-anak;

1. Luangkan Waktu Untuk Anak
Kurangnya perhatian orang tua adalah salah satu pemicu anak-anak betah dengan gadget. Mereka merasa kesepian dan tidak ada teman ngobrol sehingga hal ini membuat mereka lebih senang berinteraksi dengan gudget tanpa memikirkan resikonya. Oleh karena itu, peran orang tua sangatlah di butuhkan dalam situasi ini. Sebagai orang tua usahakan memberikan waktu secukup mungkin untuk berbagi cerita dengan anak-anak seperti menanyakan hasil belajar mereka disekolah, menanyakan masalah yang mereka mungkin hadapi dan berdiskusi tentang sesuatu yang bisa membuka mind mereka untuk berpikir logis dan kritis.

2. Membiarkan anak-anak untuk berinteraksi dengan orang banyak
Mengekang anak-anak adalah salah satu hal yang menimbulkan kecanduan terhadap gudget. Ketika seorang anak tidak di beri keleluasaan untuk berinteraksi dengan lingkungannya tanpa disadari anak-anak akan lebih cendrung menutup diri bahkan berpikir bahwa orang lain bukan menjadi hal yang penting bagi dirinya.

Hal itu membuatnya akan lebih memilih untuk berinteraksi dengan gadget karena gadget mempunyai ribuan pilihan yang dapat menyenangkannya. Oleh karena itu sebagai orang tua biarkan anak-anak berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitarnya agar mereka dapat menjadi bijak dalam menyelesaikan masalah.

3.Membatasi account social yang digunakan
Anak-anak kiranya jangan menggunakan account social yang lebih dari satu. Hal ini dibuat agar orang tua dapat dengan mudah mengontrol interaksi anak-anak melalui gadgetnya. Diusahakan untuk memantau apa yang mereka update. Hal ini dibuat agar anak-anak dilatih untuk lebih bijak menggunakan gadget.

Solusi-solusi diatas diharapkan dapat mengurangi kecanduan mereka terhadap gudget. Tetapi yang paling penting adalah peran orang tua. Sebagai orang tua berusahalah untuk menjadikan anak-anak sebagai yang terutama dari apa yang dikerjakan karena keberhasilan orang tua akan dilihat dari bagaimana manner anak-anak dalam kehidupan sosialnya.[Admin]

Penulis adalah Master student of pascasarjana Undiksha Denpasar – Bali
Dosen di Jolly Roger Education college dan STAN Denpasar – Bali

Komentar