oleh

Herybertus Nabit: Petarung yang Memiliki Basis Politik

Oleh: Langgur Lalong Paro

Seorang Herybertus G. L. Nabit, Cabup petahana yg berpasangan dengan Fabianus Abu pada Pilkada 2024, adalah seorang politisi petarung, yang berangkat dari nol.

Saat dia bertarung menjadi Cabub tahun 2010, dia tidak siapa-siapa. Kala menjadi kontestan di Pilkada Manggarai 2010, dia adalah PNS kecil, jabatannya hanya sampai Kepala Sub Bagian, atau kalau tidak salah level eselon IV. Dia bukan seorang pejabat tinggi sekelas eselon II di Kabupaten Manggarai.
Pasti banyak yang bertanya, mengapa dia maju menjadi Cabup- saat itu berpasangan dengan Yustina Ndung, seorang aktivis perempuan.
Saya yakin, seperti kaum muda di era sekarang bahwa dia maju di kontestasi Pilkada adalah sebagai bentuk aktualisasi diri bahwa dia adalah seorang Pemuda Manggarai yang memiliki sejumlah ekspektasi ke masa depan.

Herybertus Nabit maju menjadi Cabup, usai dirinya pulang sekolah dari negeri Kincir Angin, Belanda. Dan benar-benar sebuah keputusan yang membuat semua orang kaget, pertama: terkait kariernya sebagai seorang PNS yang masih memiliki prospek, apalagi dia adalah lulusan S2 dari luar negeri;
Kedua: yang dia hadapi di Pilkada tahun 2010 adalah Paslon petahana yang solid yaitu pak Christian Rotok dan Deno Kamelus (CREDO).
Paket CREDO adalah paket yang menumbangkan incumbent Bupati Anton Bagul Dagur di Pilkada Manggarai pertama secara langsung pada tahun 2005.

Pada Pilkada tahun 2010 itu, nama harum paket CREDO begitu mengakar di masyarakat Manggarai karena gencarnya pembangunan karena begitu mudahnya dana pusat mengalir ke Manggarai.
Paket CREDO yang maju pada periode kedua yaitu 2010-2015, menjadi lawan Herybertus Nabit yang masih muda. Bahkan petahana tersebut adalah atasan Herybertus Nabit. Hasilnya Pilkada tahun 2010 menyatakan incumbent masih kuat.
Untuk diketahui, Pilkada Manggarai Tahun 2010 diikuti oleh 9 Paslon, dan Herybertus Nabit adalah Cabup yang berusia paling muda dan PNS yang paling kecil pangkatnya.

Bagi politisi PDI-P itu, kekalahan pada Pilkada tahun 2010 tidak menyurutkan niatnya untuk berhenti berpolitik dalam hal ini Pilkada.
Dia seperti seorang pemain caci, ketika sudah mengenakan pakaian caci dan gong gendang berbunyi di sebuah natas beo, gatal rasanya seluruh badan; tak tahan lagi untuk menerima larik/kalus (cemeti) dari lawan, atau bagaimana dirinya berimajinasi memukul lawannya.

Hery yang masih mudah itu berprinsip sebagai seorang pemuda petarung: pantang mundur untuk sebelum menang. Atas dasar itu diapun ikut bertarung di Pilkada 2015.

Lagi-lagi yang dihadapinya adalah petahana Wabup yang menjadi Cabup yaitu bapak Deno Kamelus (Alm). Pada Pilkada 2015, selain seorang Hery Nabit, nama-nama politisi yang muncul di Pilkada 2010 tidak muncul lagi. Dan akhirnya tanpa gentar Herybertus Nabit berlaga di panggung politik berhadapan dengan sejumlah nama besar, termasuk pak Christian Rotok selaku mantan bupati dua periode, mantan bupati Anton Bagul Dagur, beberapa mantan Sekda, sejumlah mantan pejabat eselon II, dan lainnya. Tidak sebatas itu, seorang pemuda Herybertus Nabit tentu berhadapan dengan kokohnya barisan pejabat struktural birokrasi dan kekuatan lainnya. Artinya, yang dihadapi oleh Herybertus Nabit adalah tembok raksasa yang susah diterobos.

Tapi bagi seorang petarung, siapapun lawannya, hanya satu kata dalam dirinya yaitu: berjuang. Akhirnya Pilkada head to head pertama itu dimenangkan oleh paket incumbent/petahana. Selisih suara keduanya sebesar 1.846 suara (1,27%).
Perjuangan seorang anak muda melawan barisan dedengkotnya politik Manggarai kala itu hasilnya nyaris menang alias kalah tipis.

Kalah Pilkada dengan angka tipis, membuat pemuda Hery Nabit berbangga diri dan tentu harus merefleksi metode kerja politiknya untuk kemudian digunakan lagi.

Bagi Herybertus Nabit, kalah dalam politik bukan berarti menyerah dan tidak bangkit lagi.
Ternyata seorang Herybertus Nabit tidak hanya memiliki tekad, tetapi juga memiliki jiwa pekerja keras seraya merefleksi tentang metode kerja politik yang bisa meyakinkan semua pihak.